PERUBAHAN KONSENTRASI NITRAT DAN FOSFAT PADA SEDIMEN SEBAGAI DAMPAK DARI KERUSAKAN LAMUN AKIBAT JANGKAR KAPAL
Abstract
Padang lamun yang berada di perairan dangkal sangat rawan terhadap gangguan oleh aktivitas masyarakat. Salah satu kerusakan lamun yang umum terjadi adalah tercabutnya lamun ketika jangkar kapal yang ditambatkan pada area lamun diangkat. Lamun yang tercabut sedikit demi sedikit lama kelamaan akan menyisakan area yang rusak (tidak ditumbuhi lamun). Dampak selanjutnya adalah resuspensi sedimen yang mudah terjadi akibat ombak. Diduga resuspensi sedimen melepaskan beberapa kandungan bahan yang ada, antara lain nutrien. Penelitian dilakukan untuk melihat dampak kerusakan lamun akibat jangkar kapal terhadap perubahan konsentrasi nutrien, khususnya nitrat dan fosfat. Penelitian dilakukan di tiga pulau yaitu Pulau Bonebatang, Pulau Bonetambung dan Pulau Barranglompo. Ketiganya termasuk di dalam gugusan Kepulauan Spermonde Makassar Propinsi Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada area lamun yang sudah rusak (area bekas lamun) dan area lamun di sekitarnya yang berada pada lokasi yang digunakan oleh masyarakat menambatkan kapal. Pada ketiga pulau, masing-masing dilakukan pengambilan sampel pada 6 area bekas lamun yang mempunyai luas bervariasi dan area lamun di sekitarnya. Pada kedua area tersebut, dilakukan pengambilan sampel masing-masing sebanyak 3 kali. Sedimen setebal 10 cm pada bagian permukaan diambil menggunakan corer. Analisis nitrat menggunakan metode asam ascorbic dan analisis fosfat menggunakan metode brucin dengan pembacaan absorbansi menggunakan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsentrasi nitrat dan fosfat pada sedimen akibat rusaknya lamun akibat jangkar kapal pada ketiga pulau. Semakin luas kerusakan lamun, maka semakin tinggi penurunan konsentrasi nitrat pada ketiga pulau, namun penurunan konsesntrasi fosfat hanya terlihat berhubungan dengan luas kerusakan lamun di Pulau Barranglompo.
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Alongi DM, D Murdiyarso, JW Fourqurean, JB Kauffman, A Hutahaean, S Crooks, CE Lovelock, J Howard, D Herr, M Fortes, E Pidgeon, T Wagey. 2016. Indonesia’s blue carbon: a globally significant and vulnerable sink for seagrass and mangrove carbon. Wetlands Ecology and Management 24 (1): 3-13.
APHA (American Public Health Association). 1989. Standard Method for Examination of Water and Waste Water 14 th Edition APHA-AWWA-WPFC. Port Press. Washington DC.
Githaiga, M.N., Gilpin, L., Kairo, J.G & Huxham, M. 2016. Biomass and productivity of seagrasses in Africa. Botanica Marina 59 (2-3): 173-186.
Cole, R. 2016. Effects of dredging disturbance on seagrass coverage, sediment composition and infaunal assemblages within a SW England Zostera marina bed. The Plymouth Student Scientist 9 (1): 83-104.
Marchand, C. 2017. Soil carbon stocks and burial rates along a mangrove forest chronosequence (French Guiana). Forest Ecology and Management 384: 92-99.
Mashoreng, S., Isyrini, R, dan Inaku, D.W. 2020. Decline in seagrass carbon uptake on Bonebatang Island, Spermonde Archipelago, Indonesia during the period of 2001-2017. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 564-012028. doi:10.1088/1755-1315/564/1/012028.
McKenzie, L.J, Finkbeiner, M.A dan Kirkman, H. 2001. Methods for mapping seagrass distribution. Di dalam: Short FT, Coles RG, editor. Global Seagrass Research Methods. Amsterdam: Elsevier Science B.V. hlm 101-121.
Orth, R.J., Lefcheck, J.S. dan Wilcox, D.J. 2017. Boat Propeller Scarring of Seagrass Beds in Lower Chesapeake Bay, USA: Patterns, Causes, Recovery, and Management. Estuaries and Coasts. DOI 10.1007/s12237-017-0239-9.
DOI: https://doi.org/10.56064/maspari.v14i1.15813
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Maspari Journal : Marine Science Research site and its metadata are licensed under CC BY-SA