PENGARUH PENGGUNAAN BOTTOM ASH DRY DAN SLAG LIMBAH GASIFIKASI BATUBARA PADA PEMBUATAN BATAKO TERHADAP KUAT TEKAN
Abstract
Proses gasifikasi batubara tidak mengubah batubara seluruhnya dari padatan menjadi gas melainkan meninggalkan sisa proses berupa padatan maupun cairan. Sisa proses padatan berupa bottom ash. Bottom ash jumlahnya tidak banyak, namun apabila dibiarkan di lingkungan, bisa mencemari lingkungan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian pemanfaatannya sebagai agregat pada pembuatan batako. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara fisik bottom ash dari reaktor gasifikasi Palimanan dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu bottom ash dry dan bottom ash slag. Secara kimia, komposisi abunya didominasi oleh SiO2 dan Al2O3 yang bisa dikaitkan dengan sifat pozzolan. Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa fixed carbon dari ash dry lebih tinggi yaitu 27,61 % ( nilai kalori 3131 kal/gram) sedangkan ash slag sebesar 0,74 % (nilai kalori 63,4 kal/gram). Pada penelitian ini dilakukan percobaan pembuatan batako berdasarkan ukuran butir, persentase bottom ash terhadap pasir dan lama waktu pengeringan. Berdasarkan ukuran butir bottom ash dry diketahui bahwa semakin beragam ukuran butir, kuat tekannya semakin tinggi, sedangkan slag tidak memberikan pengaruh yang besar. Berdasarkan persentase diketahui bahwa bottom ash dry memberikan pengaruh terhadap kuat tekan yaitu semakin sedikit jumlah bottom ash dry, maka kuat tekan semakin meningkat dengan hasil uji kuat tekan maksimum sebesar 43 kg/cm2 pada saat komposisi bottom ash dry sebanyak 25%. Untuk bottom ash slag tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap kuat tekan batako dan hasil uji kuat tekan maksimum sebesar 47 kg/cm2 dengan komposisi bottom ash slag sebanyak 75%. Berdasarkan lama waktu pengeringan 5 dan 10 hari menunjukkan bahwa ada peningkatan kekuatan dari 0,5 - 3 kg/cm2.
Kata kunci : Agregat, Bottom Ash, Batubara, Batako, Kuat Tekan
Â
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.36706/jp.v1i2.4115
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Index by