• https://theoejwilson.com/
  • mariatogel
  • santuy4d
  • garuda slot
  • garudaslot
  • https://edujournals.net/
  • nadimtogel
  • https://mitrasehatjurnal.com/
  • slot gacor hari ini
  • g200m
  • 55kbet
  • slot gacor
  • garudaslot
  • link slot gacor
  • Agresi Militer Belanda di Wilayah Batu Pujon 1947-1948: Sebuah Kajian Sejarah Lokal | Mahardika | Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah

    Agresi Militer Belanda di Wilayah Batu Pujon 1947-1948: Sebuah Kajian Sejarah Lokal

    Moch. Dimas Galuh Mahardika

    Abstract


    Abstrak: Peristiwa yang menandai periode 1945-1950 adalah Agresi Militer I dan II oleh pemerintah Belanda dengan mengerahkan berbagai divisi militer sebagai upaya merebut kembali tanah jajahan. Keinginan besar Belanda untuk mendapatkan kekuasaan kembali atas Indonesia setelah proklamasi merupakan salah satu bentuk ancaman nyata yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia. Dengan dalih "Aksi Polisionil", tentara Belanda melakukan aktifitas militer di wilayah Indonesia, sekaligus melanggar perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Gejolak di berbagai daerah mulai muncul, salah satunya terjadi di wilayah Batu-Pujon. Monumen status quo lijn di daerah Pujon menjadi simbol batas pendudukan Belanda dan wilayah Republik. Pertempuran yang terjadi di wilayah Batu-Pujon merupakan salah satu dari sekian banyak pertempuran yang terjadi selama periode Agresi Militer. Artikel ini ditulis dengan menggunakan metode penelitian sejarah untuk menceritakan peristiwa Agresi Militer Belanda dalam konteks sejarah lokal wilayah Batu- Pujon.

    Kata Kunci: Agresi, Militer, Belanda, Batu, Pujon, TNI.


    Abstract: One of the events marking the period 1945-1950 was the Military Aggression I and II which deployed many military divisions in an effort to fight for independence in the regions. The Dutch' great desire to regain control of Indonesia after the proclamation is one form of real threat that must again be faced by the Indonesian nation. Under the pretext of "Police Action", the Dutch soldiers carried out military activities while violating a previously agreed agreement. Turmoil in various regions began to appear, one of them in the Batu-Pujon region which is one of the highlands and flanked by several mountains. The status quo monument in Pandesari area became a symbol of the boundaries of dutch occupation and Republic territory. The battle that took place in the Batu-Pujon region was a small battle that took place during the Military Aggression. This article written by using the historical research methods try to explain the history of Dutch Military Agression in the local history context of Batu-Pujon region.

     Keywords: Agression, Batu, Pujon, Indonesian, National, Army.



    Full Text:

    PDF


    DOI: https://doi.org/10.36706/jc.v11i1.14979

    Refbacks

    • There are currently no refbacks.


    Copyright (c) 2022 Moch. Dimas Galuh Galuh Mahardika

    Creative Commons License
    This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

    Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah
    Program Studi Pendidikan Sejarah
    Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
    FKIP Universitas Sriwijaya
    Jl. Palembang-Prabumulih, km. 32. Indralaya-Ogan Ilir
    email: criksetra@fkip.unsri.ac.id
     
    P-ISSN: 1978-8673 
    E-ISSN: 2656-9620

     Indexed By:

       

    Publish by:

    Sriwijaya University in collaboration with Association of History Education Programs throught Indonesia (Persatuan Program Studi Pendidikan Sejarah se-Indonesia/P3SI):

    Flag Counter

     

    Lisensi Creative Commons

    Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah by E-Journal Sriwijaya University is licensed under a Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.

    View My Stats